Surabaya||Dalam rangka memperingati 736 tahun Prasasti Wurare, masyarakat Surabaya menggelar sebuah sarasehan reflektif pada Senin malam, 17 November 2025, bertempat di kawasan bersejarah Situs Joko Dolog, Taman Apsari Surabaya. Acara yang berlangsung mulai pukul 20.00 WIB ini diinisiasi oleh Ketua Paguyuban Abdi Dalem Eyang Joko Dolog, Anam SH, dan dihadiri oleh warga kota yang ingin memperdalam pemaknaan perjuangan para pahlawan bangsa.
Sarasehan menghadirkan Panji Putra Sriwijaya, S.Sos sebagai narasumber utama, yang mengupas kembali nilai-nilai kepahlawanan dalam konteks peringatan Hari Pahlawan 10 November—momentum nasional yang telah ditetapkan melalui Keppres No. 316 Tahun 1959.
Menghidupkan Spirit 10 November
Panji menegaskan bahwa Hari Pahlawan bukan hanya seremoni, melainkan panggilan moral bagi generasi penerus. Ada sejumlah pesan penting yang kembali diangkat:
- Menghormati jasa para pejuang yang mempertaruhkan hidup demi kemerdekaan.
- Menyalakan kesadaran cinta tanah air dan kesiapsiagaan dalam menjaga bangsa.
- Mengambil teladan dari keberanian, keteguhan, dan pengorbanan para pahlawan.
- Mengapresiasi setiap kontribusi besar bagi negara, baik yang dilakukan secara fisik maupun pemikiran.
Pahlawan dan Kriteria Ketokohan
Dalam kesempatan tersebut, narasumber juga mengulas konsep gelar pahlawan nasional yang diberikan kepada mereka yang:
- Berjuang merebut atau mempertahankan kemerdekaan.
- Menciptakan karya besar yang memberikan manfaat luas bagi bangsa.
Selain tokoh-tokoh nasional seperti Bung Tomo dan KH. Mas Mansyur, Surabaya merupakan tanah kelahiran tokoh besar lain yang kerap terlupakan dari panggung sejarah.
Figur Penting dari Surabaya: M. Jasin, Perintis Polisi Pejuang
Sosok Moehammad Jasin mendapat perhatian khusus. Jasin adalah Komandan Polisi Istimewa—cikal bakal Brimob—yang memiliki peranan strategis dalam perjuangan 1945.
Salah satu aksinya yang paling dikenang adalah pembobolan gudang senjata Jepang di kawasan Don Bosco, gudang terbesar di Asia Tenggara kala itu. Senjata yang berhasil direbut kemudian disalurkan kepada para pejuang untuk menghadapi pasukan Sekutu.
Dedikasinya membuat Jasin dikenang sebagai Bapak Brimob, simbol keberanian polisi pejuang dari Kota Surabaya.
Kilasan Peristiwa Besar: Pertempuran Surabaya
Sarasehan juga menyoroti kembali rangkaian peristiwa yang memicu Pertempuran 10 November 1945, salah satu babak paling heroik dalam sejarah Indonesia.
1. Insiden Hotel Yamato
Rakyat Surabaya menurunkan bendera Belanda dan mengibarkan Merah Putih—tanda tegas penolakan penjajahan.
2. Kedatangan Sekutu
Pasukan Inggris dan Belanda tiba dengan alasan mengurus tawanan Jepang, namun rakyat mencurigai upaya kolonialisasi ulang.
3. Gugurnya Brigjen Mallaby
Tewasnya pimpinan Sekutu di Jembatan Merah memicu ketegangan besar.
Setelah ultimatum Sekutu ditolak, Surabaya digempur habis-habisan pada 10 November 1945. Meski persenjataan terbatas, rakyat bertahan lebih dari tiga minggu melawan pasukan modern Inggris. Perlawanan inilah yang kemudian mengukuhkan Surabaya sebagai Kota Pahlawan.
Peringatan yang Melahirkan Renungan
Penetapan 10 November sebagai Hari Pahlawan menjadi simbol bahwa kemerdekaan tidak diraih dengan mudah. Ada perjuangan, darah, dan pengorbanan yang mesti dihargai dan diwariskan semangatnya.
Penutup: Menjaga Api Perjuangan
Sarasehan Prasasti Wurare ini menjadi ruang bagi masyarakat Surabaya untuk memaknai kembali jati diri bangsa. Semangat pahlawan bukan hanya untuk dikenang, tetapi untuk diwujudkan melalui kerja nyata, menjaga keharmonisan, serta membangun Indonesia yang lebih damai, bersatu, dan sejahtera.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Penulis redaksi
